Hitung mundur menuju swasembada pangan di bawah pemerintahan Prabowo

JAKARTA – Mewujudkan kemandirian pangan untuk menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia menjadi salah satu misi program Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Prabowo dan Gibran yang dijadwalkan mengucapkan sumpah jabatan presiden periode 2024-2029 pada Ahad, 20 Oktober 2024, menargetkan penambahan luas lahan panen minimal 4 hektare pada 2029.

Mereka juga akan mengupayakan peningkatan produktivitas lahan pertanian melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi lahan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, dan nasional.

Program tersebut akan dilaksanakan secara lebih efektif, terpadu, dan berkelanjutan untuk komoditas seperti padi, jagung, kedelai, singkong, tebu, sagu, dan sukun.

Menurut Prabowo, dengan upaya yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi alamnya untuk meningkatkan produksi pangan secara signifikan.

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting, terutama sebagai penentu bagaimana bangsa menghadapi tantangan ke depan, sekaligus sektor yang paling strategis, terutama untuk membangun perekonomian di tengah ancaman krisis global, paparnya.

Prabowo memiliki minat khusus terhadap sektor pertanian yang menjadi sektor dasar untuk membangun ketahanan rakyat, dan ingin memperkuat produktivitas dengan bantuan teknologi mekanisasi, pelibatan pemuda, dan hilirisasi industri.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis target pencapaian swasembada pangan dalam kurun waktu empat tahun dapat tercapai di bawah pemerintahan Prabowo.

“Kami yakin, kalau targetnya empat tahun, kami yakin, sangat yakin itu dapat tercapai. Kenapa? Dulu kita swasembada, itu (selama) tiga tahun dan itu empat kali (panen per tahun),” paparnya.

Menurut menteri, beras akan menjadi fokus utama upaya membangun swasembada pangan, dan setelah itu akan dilakukan langkah-langkah untuk menjadikan negara ini swasembada produksi jagung.

Ia menjelaskan, langkah peningkatan produksi padi dan jagung perlu dilakukan satu per satu agar target swasembada pangan dapat tercapai.

Ia menambahkan, petani muda memiliki peran penting dalam mendorong swasembada pangan di Indonesia.

Upaya pemerintah

Menurut Menteri Sulaiman, saat ini Kementerian Pertanian tengah mendorong petani muda, termasuk dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Kementerian telah menyumbangkan berbagai alat pertanian modern bagi petani milenial dan Generasi Z di provinsi tersebut, dengan jumlah target penerima dipatok sebanyak 50 ribu.

Ia mengimbau para petani untuk melakukan revolusi pertanian Indonesia dan membangun pertanian modern dengan menerapkan teknologi dan mekanisasi dalam segala prosesnya. “Ini tantangan besar, tetapi dengan kerja keras dan inovasi, kami optimistis bisa mencapainya,” katanya.

Kementerian juga tengah menggarap program cetak sawah skala besar sebagai solusi masa depan untuk mempercepat swasembada dan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia.

Selain itu, tengah membangun sarana dan prasarana pertanian seperti infrastruktur irigasi dan akses jalan menuju persawahan.

Kemudian, pemerintah pusat telah memberikan sekitar 2.800 alat pertanian kepada Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Anggota Komisi IV DPR, Sulaeman L. Hamzah, mengatakan pemberian alat pertanian tersebut dimaksudkan untuk mempercepat swasembada, khususnya pada sektor beras.

“Kita akui bahwa Kabupaten Merauke yang dulunya merupakan bagian dari Provinsi Papua sebelum dimekarkan (Papua Selatan), memiliki kondisi alam yang sangat cocok untuk pengembangan (produksi) padi,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berencana merekrut lulusan SMK pertanian untuk siklus rekrutmen 2025 melalui program Bintara Kompetensi Khusus (Bakomsus).

Menurut Asisten Kapolri Irjen Dedi Prasetyo, selain rekrutmen, pihaknya juga telah memerintahkan seluruh jajaran Polda untuk membantu penanaman jagung yang rencananya akan dilakukan serentak.

Dukungan FAO

Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) Qu Dongyu telah menyatakan komitmennya untuk mendukung upaya Indonesia mencapai swasembada pangan dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

“Kami sangat mengapresiasi Indonesia dan akan terus mendukung, agar Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dalam dua–tiga tahun mendatang,” katanya.

Ia kembali menegaskan bahwa Indonesia layak mendapatkan FAO Agricola Medal, penghargaan tertinggi di bidang ketahanan pangan.

Menurutnya, bangsa ini telah menunjukkan kemajuan pesat dalam mengubah sistem pertaniannya dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan. Penghargaan Agricola Medal, katanya, merupakan bukti upaya Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Presiden Joko Widodo menerima penghargaan dari FAO.

Sementara itu, staf khusus bidang kebijakan pertanian Menteri Pertanian Sam Herodian memastikan program tiga juta hektare sawah tahun 2025 mendapat dukungan penuh dari Presiden terpilih Prabowo.

“Kita patut bersyukur dan beruntung karena ada kesinambungan dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan berikutnya,” katanya.

Menurutnya, peralihan pemerintahan ini patut diapresiasi karena baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama memiliki minat besar terhadap sektor pertanian.

Ia mengatakan, pencetakan sawah merupakan langkah maju untuk membangun Indonesia yang lebih tangguh dalam hal ketahanan pangan. Program ini diharapkan tidak hanya membantu meningkatkan luas tanam, tetapi juga indeks tanam dari sebelumnya satu kali menjadi dua atau bahkan tiga kali setahun.

Harapan Indonesia untuk membangun swasembada dan lumbung pangan dunia bukanlah angan-angan belaka, tetapi sesuatu yang dapat menjadi kenyataan dalam waktu yang tidak terlalu lama, imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *