Oleh: Politik Waras
Fakfak – Kita menyaksikan beberapa persoalan penting yang memang memprihatinkan akal sehat dan nurani dinegeri mbaham-matta ini. Penyelenggara yang harusnya berdiri sebagai pengadil kini belagak tim sukses dan tidak berwibawa mamangku kepercayaan Rakyat di daerah.
Politikus menjual nurani dan akal sehat dengan harga murahan. Pelaku ekonomi bersedia jadi broker politikus busuk. Para agamawan bersedia menjadi jongos dan pelayan politikus bramacorah dan budak dinegerinya sendiri.
Karena itu, dibutuhkan lahirnya para negarawan bukan politikus. Sebab, negarawan adalah sekaligus politikus, sedangkan politikus tidak serta-merta jadi negarawan. Kita tidak memiliki negarawan. Kita hanya memiliki politikus. Itu pun politikus busuk (Syafii Maarif, 2017).
Kita pikirkan baik-baik agar negeri Baham ini tidak dikendalikan para broker politik. Kita juga harus berpikir keras agar kota pala ini tidak dikuasai oleh politikus penjahat. Syaratnya sederhana: massa-rakyat harus dicerdaskan dan diberi pengetahuan tentang banyak hal dengan cara sederhana dan mengenai sasaran. Masyarakat butuh pegangan dan panduan moral bermasyarakat dan bernegara.
Berharap perbaikan pada para politikus jauh panggang dari api. Karena itu, yang paling mungkin adalah para pemimpin agama, pemimpin ormas, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat yang masih memiliki nalar sehat dan nurani kebangsaan untuk memberikan edukasi agar tidak lagi pecah-belah negeri ini.
Satu tungku tiga batu, leluhur telah meninggalkan falsafah persatuan, falsafah kekeluargaan, toleransi, persaudaraan, yang hari ini ingin di rusak oleh penjahat politik.
Kaum penjahat ini memanfaatkan modal yang dimiliki untuk “membeli suara” dalam pilkada atau dalam pemilu legislatif (pileg) yang tengah berlangsung sejak 1999 hingga 2024 saat ini. Kita akan terus saksikan terjadinya pertarungan bebas para politikus rabun ayam dalam pilkada 2024 mendatang. Karena itu, praktik demokrasi kita akan sangat jelas dipenuhi oleh para penjahat demokrasi kelas kakap.
Politikus bermodal besar karena sokongan para pelaku ekonomi kakap menjadi mantra paling mutakhir dalam praktik berpolitik Indonesia yang nyaris tak terbendung. Pemberian “uang saku” politik pada setiap pemilihan dari tingkat desa sampai pusat adalah fenomena aktual tak terbantahkan. Anehnya, rakyat kere juga bersedia “menari di atas” genderang politikus penjahat.
Betapa lihainya para penjahat demokrasi bermain drama. Dia berperan banyak muka (dasamuka), bukan hanya dua wajah, tetapi sepuluh wajah yang sangat kontekstual bisa berubah-ubah. Inilah wajah bramacorah politikus para penjahat demokrasi yang menari di atas kesengsaraan rakyat. Rakyat benar-benar hanya alat mendapatkan kekuasaan tanpa dipedulikan pascapilihan berlangsung.
Rakyat bahkan dijadikan tunggangan politik melalui sentimen penyelenggara dan dana yang dimilikinya. Rakyat tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan informasi yang benar dan memadai karena turut beroperasinya para penjahat demokrasi di ruang maya melalui media sosial.
Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Whatsapp adalah sarana memanipulasi informasi yang sangat keras digunakan oleh para penjahat demokrasi di negeri ini. Miliaran rupiah digelontorkan demi meraih kekuasaan. Mereka tak pernah merasa rugi membayar para buzzer media sosial untuk menipu massa-rakyat yang sebagian besar tidak melek media kecuali hanya mendapat informasi satu arah saja.
Dalil-dalil keagamaan pun disuguhkan, padahal hanya untuk kepentingan politiknya, dalil-dalil adatpun digiring melalui orang-orang yang menjadi tokoh masyarakat, tokoh politik bahkan tokoh organisasi keagamaan. Inilah kehebatan cara para penjahat demokrasi memanipulasi realitas objektif politik.
Bahkan, politikus yang masih memiliki akal sehat dan nurani malah dituduh politikus yang tak realistis dan hanya ingin mencitrakan dirinya kalau tidak sebagai penjahat.
Penyelenggara berwajah tim sukses kini marak terjadi disejumlah daerah. Netralitas penyelenggara perlu dipertanyakan kembali, wibawa sebagai lembaga yang dihormati kini hanya sebagai badut profesional ditingkat daerah.